Kamis, 30 September 2010

MEKAR KARENA MEMAR


Kalimat di atas kedengarannya lucu, aneh dan tidak ada artinya. Namun jika dikaji lebih jauh mengandung makna yang sangat dalam. Jika manusia mau membuka mata lebar-lebar dan memperhatikan sekitarnya akan menemukan proses mekar karena memar.
Sebuah besi menjadf pisau, golok, pedang dan keris, ringkasnya menjadi tajam itu terjadi karena memar hasil dari tempaan pembuatnya. Sebaliknya jika besi hanya dielus-elus sudah tentu tidak akan tajam. Relevansinya dengan kehidupan manusia, akan menjadi apa kelak tergantung pada tempaan di masa sekarang.
Orang akan menjadi kuat dengan badai yang dihadapi jika orang tersebut sering ditempa badai. Realita, jepang menjadi ahli bagunan anti gempa karena sering dihantam gempa, belanda bisa membuat bangunan di atas air karena, sering kebanjiran. Weker dapat menciptakan jam weker karena setiap hari kesiangan. Rngkasnya manusia manusia dapat menjadi apa saja sesuai dengan tempaannya.
Pernyataan di atas menyadarkan kita pada firman Allah:
وَعَلَّمَ ادمَ الاَسْمَاءَ
Dan Allah mengajarkan Adam, kata mengajarkan terambil dari kata عَلَّمَ . kata allama didalam bahasa arab memakai tasdid, ini mengandung arti (proses). Yakni Allah mengajarkan (memberi ilmu) lewat sebuah proses. Jadi manusia ketika akan dijadikan manusia yang pintar akan dihapkan pada berbagai masalah. Dengan ada masalah manusia akan berusaha mencari jalan keluar. Pada gilirannya akan menjadi sebuah ilmu cara menghadapi masalah. Bukankah setiap guru, dosen, dan para pendidik selalu memberikan masalah kepada anak didiknya? Tentu tujuannya supaya muridnya pintar.
Wahai manusia jika anda diberikan masalah oleh yang maha kuasa, berarti anda akan dijadikan orang pintar pada bidangnya.

Selasa, 21 September 2010

Kriteria

1.Sumber dapat dipercaya (ditulis atau dikompilasi oleh kalangan akademik: universitas, profesor, asosiasi profesi, peneliti)
2.Diambil dari buku, berkala ilmiah (mis. list di SCOPUS, Thompson), atau majalah ilmiah (science.org, nature.org)
Peer reviewed vs unreviewed publications
3. Hasil seminar/conference ilmiah; presentasi seminar, prosiding seminar
4. Update (diterbitkan < 5 th terakhir, Note: Moving Wall Policy). (kecuali studi sejarah/Islam klasik)

Kategori resource

1.Resource utama
Artikel dari berkala ilmiah atau publikasi seminar ilmiah
Al-Qur’an, Hadis, Buku, Tesis, Disertasi
Referensi (Ensiklopedia, kamus, direktori)
2. Resource pendukung
Review artikel/buku
Kuliah atau dokumentasi peristiwa penting (video, audio)
Peta, gambar, film, date converter
Pameran (mis. museum online)
3. Lain-lain
Network akademik (mailing list diskusi atau update dari disiplin ilmu tertentu.

Daftar Isi:

1.Kriteria resource bagus di internet
2.Dimana bisa ditemukan resource bagus di internet
3.Bagaimana cara mengaksesnya

Classification (Islamic classification)

200 (Religion)
2 X 0 General Islamic Studies
2 X 1 Al-Quran
2 X 2 Hadits
2 X 3 Theology (Aqidah & Ilmu Kalam)
2 X 4 Fiqh & Islamic Law
2 x 5 Akhlak & Tasawuf
2 X 6 Social, Cultural, and Political Issues
2 X 7 Philosophy and Islamic Development
2 X 8 Islamic Sects
2 X 9 History and Biography

Classification

* DDC (Dewey Decimal Classification) with extended Islamic classes:
000 (General Collection)
100 (Philosophy & Psychology)
200 (Religion)
300 (Social Sciences)
400 (Languages)
500 (Pure Sciences)
600 (Applied Sciences)
700 (Arts, Architecture, Sports)
800 (Literature)
900 (History, Geography, Biography)

Collection

1.Printed
a.Books
b.Periodicals
c.Research Reports
d.Academic Works (Local Works)
2.Non-printed
a.Audio-Visual
b.Journal Database (E-resource)

Service Hours

Main Library
Monday – Friday : 08.30 – 20.00
Saturday : 09.00 – 13.00
Faculty Library (general)
Monday – Friday : 08.30 – 16.00

Services

Open Access
Membership
Reading Room
Circulation
Photocopying
Internet Service (Warnet & WiFi)
Corners (Special Collections)
Occasional Activities

UIN Libraries

Main Library (Perpustakaan Utama) -> Kampus 1
Faculty Library
Adab & Humaniora
Dakwah & Komunikasi
Dirasat Islamiyah
Ekonomi & Bisnis
Ilmu Tarbiyah & Keguruan
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Psikologi
Sains & Teknologi
Syariah & Hukum
Ushuluddin & Filsafat
Sekolah Pasca Sarjana

6. Sharing

6.1 Transmitting Ideas
6.2 Parts of a Citation
6.3 Plagiarism
6.5 Avoiding Plagiarism
1. Use your own ideas. It should be your paper and your ideas that should be the focus.
2. Use the ideas of others sparingly--only to support or reinforce your own argument.
3. When taking notes, include complete citation information for each item you use.
4. Use quotation marks when directly stating another person's words.
5. A good strategy is to take 30 minutes and write a short draft of your paper without using any notes. It will help you think through what you want to say and help prevent your being too dependent upon your sources.

Evaluating----5.1 Credibility 5.1.1 Author’s credibility 5.1.2 Publisher’s credibility 5.2 Usefulness 5.2.1 Objectivity 5.2.2 Qu

Searching,,,,3.1 Databases 3.2 Database Coverage

Identifying a Topic--Definition of Research 2.2 Using a Topic to Generate Questions 2.3 Broadening Your Research Question 2.4 Narrowing the Topic

Searching -----Databases 3.2 Database Coverage

2. Identifying a Topic----Definition of Research 2.2 Using a Topic to Generate Questions 2.3 Broadening Your Research Question 2.4 Narrowing the Topic

Analyzing and Categorizing Information 1.2 Understanding the Internet 1.3 Popular, Scholarly, and Trade 1.4 Primary vs. Secondary Sources 1.5 Formats

Minggu, 19 September 2010

MENCARI TUHAN

Kadang aneh melihat manusia, dalam rangka mencari Tuhan suka kebingungan. Padahal jika mau bertemu dengan Tuhan kenalilah diri sendiri, sebab di situ ada Tuhan. Dengan cara memperhatikan tubuh secara mendalam manusia akan berjumpa dengan Tuhan-nya.

Tuhan lebih dekat dari pada urat nadi kita. Sayang sungguh sanyang manusia banyak yang tidak sadar diri, untuk itu lewat karya ini saya mengajak menemukan Tuhan. Besar harapan dapat mengantar pada pemahaman yang melahirkan satu keyakinan terhadap Tuhan.

Tentu cara yang penulis sampaikan metode klasik tetapi tetap relevan. Cara yang saya sampaikan akan mudah difahami baik dikalangan itelektual maupun orang biasa. Hal lain yang dihidangkan kepada para pembaca merupakan sesuatu yang sangat urgen, sebab ini menyagkut keyakinan, dan keyaknan akan melahirkan pola berpikir yang berujung pada tindakan. Al-Imam al-Ghazali mengatakan; bahwa, ”tindakan baik seseorang merupakan sinar pantul dari hati yang membekas di badan, dan perbuatan buruk seseorang merupakan pantulan gelap dari hati yang membekas di badan. Karenya betapa pentingnya sebuah kenyakinan. Seseorang akan hyampa dalam hidupnya jika berjalan tanpa keyakinan.

Hidup tanpa keyakinan, jalan tampa tujuan tentu akan melahirkan kebimbangan dan kehampaan. Wajar jika 13 tahun lamanya di kota Mekah Nabi Muhammad menanamkan keyanan kepada Tuhan.

jika ada sesuatu yang sangat mahal itulah keyakinan.

Jika ada sesuatu yang sangat berharga itulah keyakinan.

Manusia berjuang berani mati, karena sebuah keyakinan. Manusia berani berkorban karena keyakinan, dan keyakinan kepada Tuhan-lah sebuah keyakinan yang sangat berarti. Mari kita mengenal tuhan dengan jalan mengenal diri sendiri. Inilah metode yang sangat baik, dan cocok di segala lapisan dan tingkatan masyarakat.

Mengenal Diri

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ مَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَقَدْ عَرَفَ نَفْسَهُ

Siapa yang tahu dirinya pasti tahu Tuhan-nya, siapa yang tahu Tuhan-nya tahu dirinya.

Secara harfiyah, kalimat di atas kelihatan-nya biasa-biasa saja, padahal jika dikaji lebih jauh, punya makna yang sangat dalam. Coba perhatikan! Jika seseorang tahu potensi diri (bakat) yang telah Allah karunikan kepadanya sejak usia empat bulan di dalam rahim ibu, dan manusia mengembangkannya, sudah dapat dipastkan akan menghantarkan manusia pada kesuksesan. Di sini manusia akan bersyukur tentunya.

Syukur tentunya benduk kesadaran diri dari hati yang sangat dalam, ’bahwa’ ”ia telah dikarunikan potensi ini dari Tuhan-nya”. Jika sudah seperti ini manusia menyadari adanya Tuhan, dan menyadari bahwa Tuhan maha rahman dan rahim”. Hal ini muncul di dalam hati karena telah tahu karunia yang telah dia terima. Demikian Tahu diri tahu Tuhan, dan tahu Tuhan tahu juga pada posisi dirinya di hadapan Tuhan. Bukankah? Manusia belajar dari mulai Sekolah Dasar (SD) samapi Perguruan Tinggi dalam rangka mengenal dirinya? Ya tentu.

Setalah diperhatikan sekelumit ajaran islam di atas membrikan satu stresing kepada kita ”ingin sukses kenalilah diri sendiri”. Di kalangan ulama Sufi kalimat di atas sangat populer, dan sekaligus dijadikan sebuah metode untuk mengenal Tuhan. Allah swt di dalam al-Quran berpesan وفى انفسكم افلاتبصرون (dan yang ada di dalam dirimu apakah kamu tidak memperhatikan) Dalam ajaran tashauf ada istilah fana (tidak ada) Baqa (kekal). Diri kita Fana dan Allah Baqa, manusia fana Allah Baqa. Orang yang tahu dirinya tahu bahwa dirinya tidak berkemampuan apa-apa, bakat yang tersimpan dalam dirinya pun hanya pemberian Allah semata.

Pada dunia filosuf, seperti Demokrtos (460-370 SM), seorang aliran materelisme, mengatakan, bahwa ”hakikat yang ada adalah atom dan kehampaan”. Artinya alam dan diri manusia adalah hanya kumpulan dari ataom-atom, yang ada hanyalah Allah swt. Jelas sekali jika manusia kenal dirinya kenal akan Tuhan-nya, dan kenal Tuhan-nya kenal akan dirinya.

Tidak berlebhan jika Syaik Nawawi al-Bantan di dalam Tafsir Marah Labid menjelaskan, bahwa; القلب بيت رب (hati adalah rumahnya Allah). Manusia dapat mrasakan dan menyakini adanya Tuhan bersumber dalam hati. Di sisi lain manusia akan bertindak sesuai dengan pemahaman dan keyakinan hati terhadap Tuhan.

Persoalan

Jika Tuhan lebih dekat dari pada urat nadi, kenapa jika orang berdo melihat ke atas? Oh..itu ajaran syariat, menurutnya. Kiblat doa di atas (bait al-Mamur). Hal lain secara etika dan estetika jika memohon rendahkanlah dirimu dengan mengadahkan kedua tangan.

Mari kita kenali diri, agar tahu Tuhan. Yang pada gilirannya kita menjadi hamba yang pandai bersyukur. Seperti yang sangat diharapkan Rasulallah.

Tip

Jika anda ikan asin baulah ikan asin, pasti anda sukses

Jika anda tongkol baulah ikan tongkol, pasti sukses

Jika anda tahu baulah tahu, pasti sukses.

Jika anda ayam baulah ayam, pasti sukses.

(adalah profesialisme)

Jika manusia tahu diri pasti pandai mensyukuri nikmat yang telah Allah karunikan kepadanya.

Rabu, 08 September 2010

Tawakal

TAWAKAL

ADALAH TAWEKAL

Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makna sebenarnya tentu tidak ada yang tahu kecuali Allah dan Rasul-Nya. Para sahabat dan ulama mencoba mengali apa makna yang tersurat dan yang tersirat di balik lafadz al-Quran dengan harapan dapat menangkap maksud sebenarnya al-Quran.

Hal lumrah dalam menggali makna para ulama berbeda pendapat, tentu berdasarkan ke-ilmuannya. Umaat islam mencoba mengkaji ulang dengan merujuk pada orang-orang terdahulu, yang mempunyai otoritas dibidangnya.

Karenanya al-Quran tidak dapat dipandang secara parsial (terpisah-pisah), sebab satu dengan yang lain Saling berhubungan. Banyak masyarakat yang enggan merujuk pada orang yang mempunyai otoritas dibidang al-Quran, dia hanya mengandalkan pemahan teks dan terjemah balaka, sehingga melahirkan kekelruan dalam menangkap maksud ayat.

Sekelumit keselahan masyarakat menangkap makna tawakal, yang ada di dalam al-Quran. Orang menggap bahwa tawakal memesarahkan urusan kepada Allah, manusia tinggal menunggu keajaiban dari langit. Sebab dengan tawakal maka Allah akan mencukupinya.

Penomena di masyarakat sangat-lah ironis, tawakal hanya pelampiasan semata. dijadikan tameng untuk menutupi diri dari keputus-asaan ketika menghadapi persoalan yang sulit dipecahkan. Lantas berkata; ”Usaha sudah, ikhtiar sudah, tawakal saja.” Kata-kata itu yang selalu melekat di dalam hati hampir setiap orang. Hal ini sebenarnya akan melahirkan kemunduran pribadi yang berakibat ke kehidupan sosial.

Kesalahan pemahaman tawakal berakibat patal. Manusia banyak memasrahkan persoalan kepada Allah sementara tidak mau mengikuti sistem yang telah Allah ciptakan. Di sisi lain beranhggapan tawakal adalah akhir dari usaha. Sehingga setelah selesai berusaha hanya menunggu keajaiban dari langit. Dalam al-Quran sudah jelas jika tawakal maka Allah akan mencukupinya. Persoalannya sekarang banyak di antara kita orang tawakal tetapi selalu dalam kekurangan dan kelemahan. Siapa yang salah al-Quran-kah yang salah? Atau pemaham tawakal kita yang belum benar atau maksimal?. Hal ini sepertinya harus dikaji ulang, s ehingga dapat diharapkan tawakal yang kita lakukan dapat dicukupi Allah swt.

Berdasarkan peryataan-peryataan di atas penulis ingin menyajikan konsep tawakal yang benar yang penulis pahami. Penulis menggap hal ini sangat urgen untuk dihidangkan kepada para pembaca dan masyarakat pada umunya

.Tawakal adalah berserah diri kepada Allah swt. Artinya kita mau mengikuti aturan yang telah Allah ciptakan. Kita rela mengikuti pada sistem yang telah Allah buat. Kalau mau pintar belajar, mau kenyang makan, mau berhasil kerja secara maksimal, mengikuti sunatullah. Jadi tawakal itu bukan pada permulaan melainkan sebelum, dan sedang berbuat. Jika tawakal seperti konsep yang penulis sodorkan, maka ketika menemukan kegagalan tidak menyalahkan Allah swt, tetapi mengkaji ulang, pasti ada yang salah dalam berbuat. Pemahaman tawakal seperti ini melahirkan pribadi yang energik, proaktif dan optimis. Dengan berpemahan tawakal seperti di atas, menjadi pribadi yang tidak malas, dan kerja keras.

Sebagai analogi, ”Allah telah menciptakan kofi pahit gula manis”, ketika menggabungkan kofi dan gula, lebih banyak kofinya jelas rasanya akan pahit, sebaliknya jika banyak gulanya rasanya jelas manis”. Seseorang bertawakal kepada Allah swt, sekaligus rela akan aturan yang telah Allah ciptakan, maka kalau mau menggabungkan kofi dan gula dan rasanya diharapkan manis, maka orang tersebut membanyakan gulanya.

Tidak berlebihan jika orang tua kita sering berkata tawekal. Ini satu isyarat bahwa kita harus mengikuti sunatullah.

Buah pemikiran