Senin, 01 November 2010

Proposal Tesis

Proposal Tesis:

DINAR–DIRHAM SOLUSI PERMASALAHAN MONETER DI DUNIA ISLAM











Oleh:
Feddy Fabachrain

Mahasiswa Pascasarjana
Program Magister Kajian Islam
Konsentrasi Manajemen Perbankan dan Keuangan Syariah




Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Tahun 2010
PROPOSAL TESIS
DINAR–DIRHAM SOLUSI PERMASALAHAN MONETER DI DUNIA ISLAM


1. Latar Belakang Masalah
Islam ketika pertama kali disyiarkan oleh Muhammad SAW begitu indah dan memposona sehingga beberapa sahabat tertarik untuk masuk Islam dan siap berjuang didalamnya. Dalam waktu yang relatif singkat Islam pun tersebar ke seluruh penjuru dunia serta menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban manusia. Penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa Islam adalah agama fitrah bagi setiap manusia dan rahmat bagi semesta alam. Syiar Islam tersebar dari jazirah Arab menuju benua Afrika, meluas ke Andalusia di benua Eropa hingga memasuki wilayah Asia. Hal ini membuktikan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, sehingga bagi siapa saja yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam maka ia akan mendapatkan petunjuk untuk meraih kebahagian di dunia dan akherat.
Penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia tidak bisa menafikan jasa para pedagang. Dengan jejaring yang ada mereka menjadikan perdagangan sarana interaksi antar masyarakat Muslim di berbagai negara hingga saat ini. Akan tetapi yang patut disayangkan, hubungan perdagangan yang terjalin begitu lama saat ini semakin melemah. Hal ini disebabkan negara-negara Muslim sangat bergantung perekonomiannya dengan negara Barat daripada negara Muslim sendiri.
Kegetiran ini yang mendasari menguatnya kembali hasrat membuka dan menjalin kerja sama antar negara Muslim. Upaya ke arah itu mulai dirintis dengan membuka berbagai kerja sama melalui berbagai wadah kegiatan, salah satunya dengan membentuk Organisasi Konferensi Islam (OKI) sebagai payung kegiatan tahun 1972. OKI diproyeksikan menjadi sentra bagi penyatuan kembali negara-negara Muslim sekaligus mengikat dan menguatkan kerja sama politik–ekonomi yang kian pudar. Dari sekian isu yang paling penting mendapatkan prioritas dari OKI, apalagi kalau bukan meningkatkan gairah perdagangan antar sesama anggota yang belum menunjukkan perkembangan menggembirakan .
Lebih dari 30 tahun sejak OKI berdiri belum terlihat perkembangan yang signifikan dari para anggotanya terutama dalam bidang ekonomi. Bahkan krisis ekonomi kerap menerpa sebagian negara-negara Muslim di berbagai belahan dunia karena rapuhnya sistem perekonomian yang mereka miliki. Ironisnya, sebagaian besar negara-negara Muslim memiliki sumberdaya melimpah.
Tak kurang dari 70 persen energi yang yang dimiliki dunia tersedia di negara-negara muslim. Tak Cuma itu, 40 persen dari bahan dasar (raw material) juga tersimpan di perut bumi mereka. Namun yang memprihatinkan, kinerja mereka di kancah perdagangan internasional jauh dari mengesankan. Kontribusi mereka dalam perdagangan internasional pada tahun 2004 baru sekitar enam persen dari total volume perdagangan dunia. Sementara GDP total mereka kurang dari lima persen GDP dunia .
Saat ini negara manapun di dunia ini tidak akan terhindar dari krisis moneter tak terkecuali negara-negara Muslim termasuk Indonesia. Begitu rentannya sistem ekonomi saat ini yang dipakai di seluruh dunia, sehingga negara-negara maju pun seperti Amerika Serikat tidak lepas dari krisis moneter. Tentunya krisis global yang terjadi saat ini bukan tanpa sebab, penerapan sistem ekonomi yang salah kaprah menstimulus gelombang krisis yang berkelanjutan.
Sistem yang dipakai di seluruh negara saat ini hanya memusatkan perhatian pada aspek produksi dan pertumbuhan kekayaan, tetapi mengabaikan distribusi kekayaan . Sebab utama dari krisis global yang terjadi di seluruh dunia adalah dipakainya uang fiat murni dalam transaksi perekonomian. Sistem monoter berbasis uang fiat murni seperti ini suatu negara sangat rentan dipermainkan perekonomiannya oleh segilintir orang dengan permainan spekulasi. Contoh kongkritnya seperti apa yang terjadi di Indonesia, dimana para spekulan untuk meraih keuntungan besar, mereka memborong Dollar dan melempar Rupiah. Sehingga agar menjaga Rupiah agar tidak terus jatuh Bank Indonesia menarik jumlah rupiah yang beredar di pasaran serta memperketat likuiditas.
Permintaan spekulatif akan uang pada dasarnya dipacu oleh fluktuasi tingkat bunga dalam perekonomian kapitalis. Penurunan tingkat bunga yang disertai dengan harapan akan meningkat, merangsang orang ataupun perusahaan-perusahaan untuk tetap menyimpan uangnya. Karena dalam perekonomian kapitalis tingkat bunga seringkali berfluktuasi, uang yang sengaja hanya disimpan akan terus menurus berubah . Dengan demikian sistem perekonomian ini mengarahkan para pemilik modal untuk terus berinvestasi di pasar uang karena begitu menguntungkan dengan tidak menyentuh sektor rill yang berpengaruh sangat besar dalam kesejahteraan masyarakat.
Berabad-abad sebelum dunia Barat bersusah payah melahirkan teori moneter yang silih berganti dan selalu memiliki kelemahan dan mengalami kegagalan, Islam sudah memiliki sistem moneter yang baku yang tidak bersifat trial and error atau coba-coba. Yang jelas teori moneter Islam lahir kurang lebih seribu tahun sebelum teori moneter pertama Eropa (Merchantilism) diperkenalkan. Islam menjalankan sistem moneternya berbasis pada Dinar Emas dan Dirham Perak. Dalam sistem moneter Islam tidak hanya menyangkut uang Dinar dan Dirham saja, melainkan juga tentang aturan pemakaiannya .
Islam menggunakan uang emas Dinar dan uang perak Dirham sejak awal perkembangannya di awal abad ke 7 masehi dan terus menggunakannya secara konsisten selama 14 abad kemudian, dan berakhir saat runtuhnya Kekhalifahan Usmaniah tahun 1924 .
Keandalan emas di kancah sejarah tak terbantahkan. Emas tetap menjadi komoditi yang diterima sebagai alat pembayaran perdagangan Internasional, karena nilainya. Logam mulia memiliki nilai jual, yang tidak dimiliki uang kertas. Berbeda dengan fiat money, emas sulit mengalami inflasi karena pemerintah tidak mungkin mencetak koin emas atau uang kertas yang sepenuhnya didukung emas secara tidak terbatas (unlimited) .
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Muhammad menjadi arsitek utama mengampanyekan proposal untuk menerapkan Dinar dan Dirham dalam transaksi perdagangan Internasional terutama di dunia Islam. Mahatir meyakinkan bila Dinar dan Dirham bisa dipakai sebagai alat pembayaran internasional, minimal di dunia Islam, akan sangat mendukung dan meningkatkan volume perdagangan sekaligus mengurangi kerugian yang diakibatkan karena kurs bagi negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Dengan ideologi yang sama, semestinya implementasi Dinar dan Dirham secara teoritis lebih mudah diimplementasikan .
Isu penggunaan Dinar dan Dirham sebagai alat kebijakan moneter dan alat transaksi perdagangan di negara-negara Muslim marak digulirkan walaupun bukan sebuah usaha yang mudah. Apalagi bila penerapan Dinar dan Dirham mendapatkan pengakuan di dunia Internasional seperti Dollar dan Euro. Dimana dibutuhkan 50 tahun bagi Euro untuk diterapkan di benua Eropa.
Berdasarkan dinamika dan diskursus tentang penerapan Dinar dan Dirham di dunia Islam sebagai solusi dari permasalahan moneter yang melanda sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia, menurut penulis walaupun sukar, ini tidak berarti umat Islam tidak mampu menerapkan Dinar dan Dirham sebagai mata uang negara-negara Muslim yang telah terbukti tingkat kestabilannya. Bahkan tanpa penerapan Dinar dan Dirham, institusi-institusi keuangan Islam seperti bank syari’ah, asuransi Islam, obligasi dan saham syari’ah, dan pagadaian syari’ah tidak akan dapat dioperasikan 100 persen murni berlandaskan al-Qur’an dan Hadist. Karena hingga kini operasional institusi keuangan Islam sangat sukar membebaskan dirinya dari praktek-praktak riba, gharar, gambling dan unsur-unsur spekulatif. Itulah sebabnya, upaya penerapan Dinar dan Dirham dalam dunia Islam harus diupayakan.
Dinar dan Dirham memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian negara-negara Muslim yang tergabung dalam OKI. Sebagaimana dinyatakan oleh Sinclair, Chairman dari Board Tan Range Exploration, dengan memakai Dinar dan Dirham dalam transaksi perdagangan serta menyatukan ekonomi dunia Islam bahkan bisa membawa perubahan ekonomi dan sistem moneter dunia . Dengan demikian judul tesis ” Dinar dan Dirham Solusi Permasalahan Moneter di Dunia Islam” memang laik diteliti berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas.

2. Permasalahan
2.1 Identifikasi Masalah
Sistem moneter Islam yang berbasis pada uang emas Dinar dan uang perak Dirham adalah jawaban dari permasalahan moneter yang terjadi di negara-negara Muslim. Permasalahan moneter global saat ini disebabkan dari rapuhnya sistem moneter Kapitalis yang berkaitan erat dengan praktik gambling dan spekulatif.

2.2 Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan kajian dalam pembahasan didalam proposal tesis ini, maka penulis melakukan pembatasan masalah, hanya melakukan kajian terhadap penerapan Dinar dan Dirham sebagai solusi permasalahan moneter di dunia Islam saja. Tema yang akan diteliti dalam proposal tesis ini memperkuat pendapat Dr Herald Hass dalam disertasinya untuk mencari solusi atas kekacauan moneter yang terjadi di dunia dewasa ini. Ia menyimpulkan sistem perbankan dan keuangan Islam serta penerapan kembali Dinar dan Dirham dalam sistem monoter dunia .

2.3 Perumusan Masalah
Diperlukan konsep dan strategi tepat dalam menerapkan kembali Dinar dan Dirham di negara-negara Muslim sebagai usaha untuk bangkit dari krisis moneter yang dialaminya.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam proposal tesis ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep penerapan Dinar dan Dirham terhadap permasalahan moneter di dunia Islam?
2. Bagaimanakah dampak penerapan Dinar dan Dirham bagi negara-negara Muslim terhadap konsep kekuatan ekonomi dunia Islam?

3. Penelitian Terdahulu
Proposal tesis ini memperkuat pendapat Dr Herald Hass dalam disertasinya yang berjudul ”Money Upside Down-A Paradigm Shift ini Economics and Monetary Theory” pada tahun 2003 di Universitas Bremen,.Bremen. Dalam disertasinya ia menyimpulkan “ Bahkan langkah lebih jauh yang secara teoritis bisa dilakukan adalah mengambil sistem keuangan menyerupai apa yang disebut “Islamic Finance atau Islamic Banking”, yaitu sistem yang melarang perbankan mengenakan bunga atas pinjaman dalam mata uang yang bersifat monopoli”. Ia pun menambahkan “ Perbaikan besar akan terjadi bila – secara sengaja atau tidak sengaja atau kebetulan uang-uang fiat besar hancur (collapse)—maka bisa diperkanalkan kembali konsep gold standard. Hali ini akan mengatasi kelemahan mendasar dari praktek yang dilakukan dalam sistem fractional reserve banking dengan menghilangkan sama sekali uang fiat (uang kertas yang kita pakai selama ini). Secara historis peluang kembali ke gold standard akan sangat besar. Di dunia e-commerce dewasa ini, uang elektronik dapat dengan mudah didukung emas secara fisik”.

4. Tujuan Permasalahan
1. Tujuan umum : Menjelaskan konsep penerapan Dinar dan Dirham terhadap permasalahan moneter di Dunia Islam.
2. Tujuan khusus : Membuktikan kebenaran Dinar dan Dirham sebagai konsep moneter Islam sebagai jawaban dari permasalahn moneter global terutama di dunia Islam (OKI) serta menjelaskan dampak penerapan Dinar dan Dirham bagi negara-negara Muslim terhadap konsep kekuatan ekonomi dunia Islam.

5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pemerintah sebagai masukan untuk mengambil kebijakan moneter Nasional.
2. Bagi mahasiswa sebagai bahan pembelajaran untuk memperluas wawasan keilmuan terutama berkaitan dengan ilmu moneter.
3. Bagi peneliti sebagai bahan penelitian selanjutnya.
4. Bagi masyarakat sebagai informasi dan wawasan keilmuan.

6. Metodologi Penelitian
6.1. Metode Pengumpulan Data
Untuk menunjang penggunaan metode tersebut, maka penyusunan karya ilmiah ini, metode pengumpulan data yang dilakukan menggunakan:
 Kajian pustaka (library research). Sumber data yang digunakan dalam kajian pustaka berasal dari bahan-bahan tertulis baik berupa buku-buku, artikel jurnal, hasil penelitian, koran, website, grafik, buletin, selebaran dan bentuk tulisan lainnya yang membahas tentang Dinar Dirham dalam mengatasi permasalahan moneter di dunia Islam.

7. Daftar Pustaka

Hasan, Ahmad, DR, Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet 1, 2005, hal ix

Azizah, Irfani Fitri, Dinar dan Dirham Sebagai Mata Uang Tunggal Blok Perdagangan Negara-negara Islam ; Suatu Analisis Kritis, Jurnal Ekonomi Syariah MUAMALAH vol. 2, No.2, Oktober 2003 hal 96-9, Shariah Economics forum Universitas Gajah Mada (SEF UGM).

Centre for Strategic and Islamic Civilization, Jurnal Dialog CSIC Thn II No. 5, Jakarta, Oktober-September 1998.

Chapra, Prof. Dr. M. Umar, Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter yang Adil, Terj. Drs. Lukman Hakim, MA. (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997),

Choudhury, Masudul Alam, Money in Islam A Study in Islamic Political Economy, (London: Routledge, 1997)\

Hadi, Abu SuraĆ¢ Abdul, Dr, MA, Bunga Bank dalam Islam, terjemahan, Penerbit Al Ikhlas Surabaya, 1993.

Hamidi, MA, M. Luthfi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007)

Iqbal, Muhaimin, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar&Dirham (Depok: Spiritual Learning Centre&Dinar Club, 2007).

Katsir, Ibnu, Tafsir Al Quranil Adzim Juz 3, terjemahan, Penerbit Sinar Baru Alqensindo Bandung, 2000.

Karim, Adiwarman, Ir, SE, MBA, MAEP, 2004, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Karim, Adiwarman A, S.E., M.B.A., M.A.E.P., Ekonomi Islam Suatu Kajian kontemporer, Jakarta: Gema Insani press,Cet 1, 2001, Hal 146

Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, Cet. Kedelapan, 2005.
Sumardi Surya Brata, “Metodologi Penelitian”, Rajawali Press, Jakarta, 1998.
Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Alfabeta, Bandung, 2005.
Menyongsong Sistem Ekonomi Anti Krisis, Rekomendasi Hasil Ekonomi Internasional, Khourtum, Sudan, 3 Januari 2009, terj. Abu Faiz dan Oni Noviandi (Pustaka Thoriqul Izzah: Bogor, 2009),