Jumat, 29 April 2011

makalah pendidikan

MATA KULIAH
KEPEMIMPINAN LISNTAS BUDAYA PERSPEKTIF PENDIDIKAN
PENGARUH AGAMA DAN BUDAYA TERHADAP
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Apipudin
10.2.00.1.05.08.0061
Team Teaching
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA
Prof. Dr. Husni Rahim, MA
Prof. Dr. Sucipto
Prof. Dr. Anah Suhaenah

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

KATA PENGANTAR

Al-hamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan sekalipun penuh dengan perjuangan yang sangat berat. Karena penulis bukan berlatar belakang pendidikan, namun itu tidak menjadi hambatan bagi penulis.
Sekilas sedikit aneh tulisan makalah pendidikan ini, karena pendektannya sedikit berbeda dibandingkan dengan teman-teman yang latar belakang pendidikan. Tapi jika dilihat lebih jauh justru sangat menarik, karena dapat menabah wawsan baru, dan dapat menabah kazanah dalam dunia pendidikan yang terlihat selama ini kaku.
Penulis sengaja dalam penulisan makalah ini, menggiring para pembaca ke dunia masa lalu dengan konteks kekinian. Selain latar belakang penulis pemikiran juga menyadarkan para pembaca bahwa objek pendidikan itu sangat luas.
Harapan penulis tulisan ini dapat bermanfaat bahkan menjadi rujukan para penulis genersi yang akan datang. Sehingga dapat menambah amal baik penulis, atau menjadi s}adaqah jariah. Amin.



Penulis

PENGARUH AGAMA DAN BUDAYA
TERHADAP KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN



A. Pendahuluan
Pemimpin adalah imam sekaligus panutan setiap umat, karenannya pemimpin seyogyanya dapat membawa yang dipimpinnya kearah yang lebih baik. Setiap umat tentu sangat berharap kepada pemimpin karena pemimpin yang memegang kendali. Segala tumpuan dan harapan umat tertuju pada pemimpin. Karenanya tidak berlebihan jika islam dalam menentukan pemimpin sangatlah ketat. Yang jelas pemimpin harus melebihi umat yang dipimpinnya, baik dari sisi keilmuan, usia, dan budaya . Betapa penting pemimpin ini, Rasulallah lewat sebuah daditsnya bersabda:
الفتنة إذا لم يكن إمام يقوم بإمر الناس (رواية محمد بن عوف بن سفيان الحمصى)
Banyak hadits dan ayat-ayat al-Qur’a^n berbicara pemimpin, bahkan ulama seperti al-Mawardi dalam kitab adabu dunya wad din, Muhammad bin al-Husain dalam Al-Ahkam as-Sultha^niyah, Hasn al-Bana dalam fqih syiyasah membahas secara mendalam tentang kepemimpian.
Tertera dalam bahasa arab tiga kata yang mengandung arti yang sama; imam (امام), ra^’in (راع), dan khalifah (خليفة) semua kata itu mengandung arti pemimpin . Secara harfiyah, imam (امام) artinya di depan yang berasal dari kata أمّ يؤم امامة اماما yang artinya di depan. Secara filosofis seseorang yang berada di depan harus menjadi contoh, karenanya imam harus menjadi contoh bukan sekedar memberi contoh. ra^’in (راع) artinya pengembala , seorang pengembala tidak hanya duduk manis melihat yang digembalanya. Melainkan masu ketengah-tengah binatang yang sdang dia gembalai. Bahkan meniup serulingpun di atas binatang yang sedang digembalainya. Hal ini mengandung pesan bahawa seorang pemimpin harus bisa mukhalith (menyatu) dengan yang dipimpinannya. Atau stresingnya seorang pemimpin harus mengenal bahkan menjiwai budaya dari setiap ma’mumnya. Yang ketiga khalifah (خليفة) yang berarti wakil . Ini mengandung arti bahwa seorang pemimpin harus dapat mewakili ma’mumnya.
Jika kita simak tiga kata dalam bahasa arab mengenai pemimpin di atas, melahirkan satu pemahaman. Bahwa seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh, menyatu dengan ma’mumnya dan dapat mewakili, menampung keinginan yang dipimpinya. Dalam arti lain seorang pemimpin harus mengedepankan kepentingan bersama. Membuang atribut kelompok, suku, budaya, dan sejenisnya. Namun dalam prakteknya seorang pemimpin tidak terlepas dari budaya, pendidkan, dan agama yang dianutnya. Sehingga seorang pemimpin yang berasal dari suku A atau agama A, besar atau kecil, Nampak atau tidak Nampak dalam memimpinnya akan menonjol warna agama atau budayanya.
Begitu unik berbicara pemimpin, karena dunia ini tidak dapat dilepaskan dari pemimpin. Sejak zaman dahulu sampai sekarang pemimpin selalu ada bahkan menjadi catatan sejarah. Di sadari atau tidak tujuh pulu persen al-Qur’a^n berbicara sejarah, ini artinya berbicara pemimpin dan yang dipimpin. Begitu jumlah Nabi yang wajib diketahui sebayak 25 semuanya ini menggambarkan kepemimpinan. Pepatah mengatakan: لكل شئ سيد (segala sesuatu ada pemimpinanya).
Penulis tidak akan bayak berbicara pemimpin dalam konteks yang lebih luas. Selain menguras tenaga dan fikiran, juga tida maching atau tidak sesuai dengan muktadol hal -nya dengan tugas mata kuliah yaitu pengaruh agama dan budaya terhadap kepemimpinan pendidikan. Karenanya kepemimpinan yang akan penulis sajikan yaitu kepemimpinan pendidikan. Yang akan digambarkan di dalamnya pengaruh-pengaruh kepemimpinan pendidikan. Apa saja yang dapat mempengaruhi kepemimpinan pendidikan itu.
Pendidikan merupakan bimbingan sadar dari sipendidik terhadap siterdidik untuk mencapai kedewasaan yang utama . Karenanya dalam dunia pendidikan perlu terorganisir , agar tercapai visinya. Berbicara organisasi tentu tergambar (tasawur) dalam benak kita ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam duni pendidikan juga demikian. Ketika berbicara kepemimpinan pendidika di dalam sudah jelas adanya pemimpin dan adanya yang dipimpin, adaya pendidik dan adanya peserta didik. Seorang pemimpin dalam dunia pendidikan seharusnya netral, tegak teguh, tetap berdiri di atas kepentingan pendidikan. Laksana batu karang yang tetap teguh, tegar sekalipun selalu dihantam ombak, angin puting belung, bahkan halilintar menyambar.
Sangatlah diharapkan kepemimpinan pendidikan netral, tidak terpengaruh oleh budaya dan agama. Namun realita meng-imformasikan kepada kita, dalam perakteknya tidak ada suatu kepemmpinan yang tidak dipengaruhi oleh agama dan budaya. Begitu juga dengan kepemimpinan pendidikan, sangat dipengaruhi oleh agama dan budaya. Satu kenyataan; kenapa departemen agama tarik menarik dengan departemen pendidikan yang pada akhirnya melahirkan: untuk pelajaran agama dipegang sepenuhnya oleh Departmen agama dan pendidikan umum dipegang oleh departemen pendidikan. Ini satu bukti, bahwa agama dan budaya sangatlah berpengaruh dalam kepemimpinan pendidikan.
Dua hal ini, yaitu agama dan budaya sangatlah berpengaruh terhadap kepemimpinan pendidikan, baik secara pribadi maupun berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh gaya kepemimpinan pendidikan di setiap suku atau Negara sangatlah berbeda, ini menunjukan bahwa agama dan budaya sangatlah mewarnai dalam kepemimpinan pendidikan.
Islam datang dengan anjurannya, yaitu belajar (pendidikan), adapun caranya tidak mendetil. Karenanya setiap Negara menciptakan metode sesuai dengan kebudayaannya masing-masing. Ini bukti yang tidak dapat dibantah bahwa apapun bentuknya pendidikan tetap akan dikemas oleh budaya setempat, demikian juga dengan kepemimpinan pendidikan.

B. Yang mempengaruhi kepemimpinan pendidikan
Prilaku manusia didasarkan pada cara pandang manusia itu sendiri, dan cara panadang dipengaruhi oleh agama, budaya, dan pendidikan. Kita dapat menyaksikan sejarah masa silam timbulnya perbedaan faham dalam fiqih, (Hanafi^y, Maliki, Syafi’iy, dan Ahmad bin Hanbal) karena dipengaruhi, budaya, dan pendidikan seorang imam. Meski semua sama menggali al-Qur’a^n dan al-Hadits, tetapi karena dilahirkan dan dibesarkan berbeda maka carapandangnya pun berbeda, sehingga melahirkan kesimpulan yang berbeda . Prbedaan inilah melahirkan madzhab dalam fiqih; Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Habaliyah.
Imam Hanafiy dalam menggali hukum lebih menitik beratkan ke logika (ra’yu), dapat dipahami karena latar belakang beliau adalah pedagang. Dalam keseharian pedangang lebih mengedepankan logika dari pada tradisi, atau budaya dan perasaan. Hal ini yang dapat menghantarkan Imam Hanafi menjadi Madzhab rasional. Sementara Imam Maliki dalam menggali hukum lebih lebih mengedepankan tradisi madinah daripada hadits. Jika ada hadits yang bertentangan dengan tradisi madinah maka hadits dibuang dan tradisi madinah yang diambil. Alasannya sederhana; karenan tradisi madinah adalah tradisi Rasul. Ini tentu sesuai dengan latar belakangnya, yaitu seorang mujtahid muthlak yang dilahirkan di dan dibesarkan di madinah. Bukannya dia dating keguru melainkan guru yang datang kepadanya. Lainhalnya dengan Imam Syafi’iy yang dilahirkan di falistina (jalur gaza), terus mesantren ke Baghdad, yang melahirkan qa^ul (pendapat) qa^dim, dari Baghdad belajar ke Mesir yang melahirkan qa^ul jadid (pendapat baru). Menggabungkan antara rasional dan tradisional. Lain halnya dengan Imam Ahmad dalam penggalian hokum lebih mengedepankan ra’yu sedikit menggunakan hadits .
Hal itu tentu senada dengan kepemimpinan pendidikan, yaitu sangat dipengaruhi oleh agama dan budaya, serta pendidikan seseorang. Kita dapat menyaksikan perubahan nama lembaga, gelar, dan kebijakan, melainkan refleksi dari pengaruh agama dan budaya yang melekat dihati pemimpin. Pusat pengerak manusia adalah hati , dan hati dipengaruhi oleh agama dan budaya . Maka kepemimpinan seseorang dalam dunia pendidikan atau yang lainnya sangat diwarnai oleh dua factor tersebut.

1. Pengaruh agama terhadap kepemimpinan pendidikan
Manusia akan merasa tentram jika berdekatan dengan agama, atau prilakunya dibenarkan oleh agama. Hal ini karena agama merupakan kebutuhan jiwa manusia . Demikian tentunya dengan kepemimpinan pendidikan. Seorang pemimpin akan merasa yaman, tentram jiwanya jika konsep pendidikan yang dia sajikan tidak bertentangan dengan agama yang dia anut. Karena itu setiap pemimpin dalam bidang pendidikan akan membuat suatu konsep yang tidak bententangan dengan agama yang dia peluk, bahkan menjadi alat pendukung kebenaran agamanya.
Di sisi lain agma mengajarkan kepemimpinan dalam hal apapun, yang baik menurutnya. Satu bukti setiap agama pasti di dalamnya ada pemimpin , perhatikan saja dalam setiap agama ada yang namanya pemimpin agama. Baik disebut kiai, pendeta, pastur, dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan setiap pemimpin dalam agama pasti mendidik umatnya. Karena agama berpengaruh dalam dunia pendidikan, maka pemenrintah tidak tinggal diam ikut serta mengatur dengan cara membuat aturan-aturan pendidikan yang tertuang pada undang-undang.
Suatu pendidikan akan dipengaruhi oleh orang yang memimpinnya. Akan bangaimana warna pendidikan di Indonesia tergantung kepada pemimpin. Sebab pemimpin yang mempunyai otoritas dalam membuat system pendidikan, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap warna pendidikan di Indonesia. Hal ini sangat disadari oleh pemerintah, makanya dalam undang-undang sisdiknas, pada bab lima pasal satu poin (a); peserta didik mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
Pembuatan undang-undang dalam dunia pendidikan merupakan kesadaran akan pengaruh agama. Sebagai contoh; peserta didik yang Bergama islam, diajar oleh orang yang beragama luar islam itu sangat berbahaya. karena dalam pengajarannya akan dibiaskan nilai-nilai islam. Sebagaimana kita baca buku-buku orientalis berbicara islam, sekila Nampak tidak ada yang salah. Namun jika kita mau mengkaji lebih jauh akan kelihatan misi-misi dibalik teks-teks yang yang mereka tulis.


C. Pengaruh budaya terhadap kepemimpinan pendidikan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk di dalamnya adalah belajar. Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :

1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.

2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :
1. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.
2. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
3. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.
4. Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di kamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.
Dari uraian di atas, tentunya menyadarkan kita kepada beberapa hadits rasul:
كل مولد يولد على الفطرة فآبواه يهودانه او ينصرانه اويمجسانه (رواه البخارى)
المرء على دين خليله فلينظر احدكم من يخالل (رواه الترمذى)
Secara makna bebas manusia dilahirkan bersih laksana sebuah kertas yang tidak ada warana tinta apapun. Menjadi apapun kelak nanti manusia dipengaruhi oleh agama dan budaya sekitarnya. Ini juga dapat menetukan warna kepemimpinan pendidikan di Indonesia.
Sudah pasti budaya sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan seseorang. Tidak dapat dipungkiri kesalahan budaya pendidikan Indonesia adalalah terletak pada budaya, yaitu membuat guru di sekolah tidak mandiri lagi. Banyak hal yang selama ini yang para guru di sekolah putuskan dan kerjakan sendiri, sekarang mereka sangsi putuskan dan kerjakan karena yang sudah membudaya di dunia pendidikan kita hal apapun yang berkaitan dengan pendidikan harus mendapatkan restu dari atas .
























KESISMPULAN


Kepemimpinan pendidikan seseorang sangatlah ditentukan oleh budaya dan agama. Sebuab agama dan budaya dapat membentuk cara pandang, dan cara pandang akan mempngaruhi prilaku seseorang. Seseorang berbuat, bertindak sesuai yang dia pahami.
Jangankan berbeda agama, seagamapun karena budayanya berbeda maka dalam mengimplemtasikan agama akan berbeda pula. Lihat saja realita yang ada di atas panggung rpublik ini.


















DAFTAR PUSTAKA



Abas, Sirajuddin, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’iy, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah) 2003
Abdul Qadir Abu Faris, Muhammad. Fiqih Politik Hasan al-Bana. (Solo: Media Insani) 2003
Adnan, Hamdan. Prinsip-Prinsip Hubungan Kemasyarakatan. (Surabaya: Usaha Nasional) 1996
Amarah, Muhamad Mustafa, Jawahir Bukhariy, (Dar-al-Fikr)
Ghazali, Imam, al, Minhajul Abiddin (Dar al-Ulum)
Kumpulan Makalah Ikip Muhammadiyah Jakarta. Reorientasi Pendidikan di Indonesia.
Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana 2010) cet. Ke 1
-----------------------------------------------Dengan pendekatan Multi disipliner (Jakarta: Raja Wali
Press) cet ke 2
Nursam, Amin, Rahasia Hati (Jakarta: CV Bintang Pelajar)
Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidika, (Bandung: al-Ma’arif)1962
Mawardi, al, Abi Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Bas}riy, Adabu Dunya Wa ad-Din,
(Dar al-Fikr)
Sudrajat, Ahmad. Internet (Blog: Tentang Pendidikan)
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah. (Ciputat: Lentera Hati) 2002
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Bandung: R) 1995
Ulwan, Abdullah Nashih, Tarbiyatul Aulad (tarjamah) (Jakarta Pustaka Amani) 1999
Yunus Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung)

Senin, 04 April 2011

कार्य Review

KATA PENGANTAR


puji shukur kehadirat Allah swt, yang atas karunianya, resume ini dapat terselesaikan. Banyak manfaat dalam menulis resume ini, di antaranya; pertama tampa sadar bertambah ilmu dan wawasan tafsir tematik shi’ah. Kedua dapat melihat pemikiran penulis tesis, sehingga saya dapat melihat posisi tesis yang ditulis oleh penulisnya. Apakah tesis itu membela atau justru menolak teori yang sudah ada.
Di tengah-tengah kesibukan dan malas yang slalu menghantui ternya selesai juga resume ini. Awalnya terasa terbebani, namun setelah asik menulis ternya enak juga. Banyak hal yang tadinya tidak dapat diketahui. Namun setelah menulis dan tertuntut untuk membaca dan meringkas tulisan tesis orang generasi sebelum penulis yang kebetulan kosentrasi dibidang yang sama, yaitu tafsir. Penulis merasa terilhami untuk melihat lebih jauh skaligus menambah bahan buat tesis yang akan penulis tulis.
Dengan membaca resume yang pnulis sajikan, para pembaca akan dengan mudah menangkap karya tesis, Udi Yulianto penulis tafsir tematik shi’ah. Hal ini tentu sangat membrikan sumbangsih yang ingin mengtahui secara singkat tesis karya Udi Yulianto. Dalam resume ini penulis berusaha keras menulis seringkas mungkin, dengan harapan memprmudah pada para pembaca yang ingin secara singkat menangkat isi kandungan tesis Udi Yulianto.
Terima kasih tidak terlupakan kepada para dosen Team Teaching yang telah mengarahkan sekaligus membimbing penulis dalam penulisan makalah ini. Tentu ini suatu metode yang dapat membuka analisa penulis secara mndalam tentang karya orang. Juga terima kasih pnulis haturkan kepada anak dan istri yang telah mendukung dalam penulisan makalah ini.
Pada akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ini yang merupakan sebuah resume karya Udi Yulianto, membawa manpaat bagi para pembaca, baik di dunia akademik maupun masyarakat pada umumnya.
MATA KULIAH
PENDEKATAN DAN METODOLOGI STUDI ISLAM
(PMSI)



1. Pendahuluan

Mata kuliah Pendekatan dan Metodologi Studi Islam (PMSI), merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil oleh setiap Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (SPS UIN) Jakarta; baik Magister maupun Doktoral. Uniknya mata kuliah ini Magister dapat duduk sekelas bersama dan materi yang sama. Karena pada dasarnya mata kuliah ini mengejak seluruh Mahasiswa untuk melihat Islam dengan berbagai pendekatan. Bukan hanya Magister dan Doktoral yang dapat duduk satu kelas, tapi konsentrasi dibidang apapun duduk bersama dalam satu kelas. Ini tentu tidak ada pada sekolah pasca yang lain, dan ini juga warna pasca Universitas Islam Negeri (UIN).
Setiap kali tatap muka dengan dosen mahasiswa akan disajikan dengan materi yang berbeda, namun esensinya tentu sama. Karena dalam mata kuliah ini lebih mengedepankan analisis bukan materi. Disadari atau tidak scara keilmuan bidang apapun esensinya. Walhasil kuliah ini materi hanya mediasi saja (wasilah) untuk membentuk ketajaman analisa. Mata kuliah ini juga dilaksanakan secara Team Teaching. Artinya satu mata kuliah terdiri dari beberapa dosen. Yang terdiri dari; Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar, MSPD, Prof. Dr. Abudin Nata, MA, Prof. Dr. Rodoni, Dr. Muhaimin, AG, Dr. Ahmad Luthfi, MA, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Dr. Yusuf Rahman, MA, Dr. Oman Fathurahman, M. Hum. Bukan hal itu saja, melainkan mahasiswanya pun dari berbagai konsentrasi digabungkan menjadi satu ruangan dalam menerima mata kuliah yang sama.
Tidak ada kesulitan bagi dosen mengajar mata kuliah ini, karena setiap dosen yang menjadi narasumber akan menyampaikan mata kuliah sesuai dengan latar belakang ke-ilmuan. Mata kuliah ini termasuk mata kuliah yang komplek, dikatakan demikian karena setiap mahasiswa akan menangkap materi sesuai dengan sudut pandang konsentrasinya. Yang dibidang tafsir akan melihat materi yang disampaikan dosen pemateri dengan kaca mata tafsir. Yang dibidang pendidikan akan melihat dengan kaca mata pendidikan dan seterusnya. Mata kuliah ini jatuhnya kepada laksana dua mata pisau yang satu tajam sisi lain tumpul. Artinya ketika mahasiswa yang latar belakangnya hukum mengkaji tafsir ibarat mata pisau bagian atasnya, pun sebaliknya, yang latar belakang tafsir mengkaji hukum akan bernasib sama. Jelas sekali mata kuliah ini ada sisi baik dan ada sisi buruknya. Sisi baik mahasiswa akan mendapatkan beragam pengetahuan. Namun sisi tidak baiknya mahasiswa akan kerja extra ketika materi yang disajikan bukan bidang keahliannya.
Sebagai latihan setiap mahasiswa dituntut untuk me-resume Tesis atau Disertasi seuai dengan konsentrasinya. Masing-masing tiga Tesis atau Disertasi. Yang dua hanya sekedar diresume saja sementara yang satu selain diresume juga dikomentari, dan dipresntasikan di kelas. Sesuai dengan tugas mahasiswa yang disodorkan oleh team teaching, penulis juga mengerjakan resume. Dalam hal ini karena penulis konsentrasi dibidang tafsir, maka mengambil tesis yang berhubungan dengan tafsir. Ada tiga tesis yang penulis ambil untuk diresume, di antaranya; TAFSIR TEMATIK SYI<’AH (Studi Kritik terhadap Tafsin Uslu>b Jadi>d fi al-Tafsi>r al-Mau>dhu>’i> li al-Qur’a^n al-Karim), Studi Tematik Tentang Istri-Istri Nabi SAW Dalam al-Qur’a^n, dan al-Qur’a^n dan Tafsir dalam Perspektif Toshihiko Izutsu.

2. Resume
Pada makalah ini penulis akan me-resume sebuah tesis yang berjudul; TAFSIR TEMATIK SYI<’AH (Studi Kritik terhadap Tafsin Uslu>b Jadi>d fi al-Tafsi>r al-Mau>dhu>’i> li al-Qur’a^n al-Karim). Tesis ini ditulis oleh Mahasiswa mutaqa^dimin tahun 2010 bernama: Udi Yulianto, setebal 243 halaman. Dalam hal ini posisi penulis hanya m-resum tidak untuk berkomntar, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada penulis. Tesis yang akan penulis resum pada karya tulis ini adalah sebuah tesis yang berkonsentrasi pada bidang tafsir tematik, yang di dalamnya terdiri dari lima bab. Semua bab dari mulai bab satu sampai lima tidak berdiri sediri, melainkan saling berkaitan. Secara umum penulisan tesis adalah sama, yaitu posisi penulis berada pada posisi mendukung teori yang ada atau menolaknya.
Sistimatika pada umumnya penulisan tesis yang ada di sekolah pasca sarjana UIN Jakarta sama, konsentrasi bidang apapun, pasti diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan daftar pustaka. Dari setiap bab terdiri dari beberapa poin bahasan, yang semuanya merupakan uraian dari bab. Namun pada tata cara penulisan tansliteri pada zaman yang Udi Yulianto dengan masa penulis berdebda. Sebagai contoh pada tesis yang penulis resume dalam menulis Masyarakat memakai sy. Sementara aturan yang dibuat pada masa penulis menggunakan sh, sehingga tertulis Masharakat. Karenanya dalam meringkas tesis ini penulis akan menggunakan tata cara penulisan masa penulis. Yaitu tata cara penulisan yang disyaratkan sekolah pasca sarjana UIN Jakarat.


Bab l
Pada bab pertama yang terdiri dari 16 halaman penulis memberikan gambaran tentang tesis yang akan disajikan. Dari mulai pendahuluan, yang di dalamnya terdiri dari poin-poin; latar belakang, prmasalahan, penelitian dahulu yang relevan, tujuan penelitian, manfaatpenelitian, metodologi penelitian, sistimatika pembahasan. Yang jelas pada bab pertama ini penulis mendeskrifsikan kerangka dan warna tesis yang ditulis. Hal ini tentu sama dengan pada umumnya tesis. Pada pendahuluan bagian latar belakang masalah penulis tesis memaparkan alasan-alasan tentang sebab penulisan tesis, pengambilan judul, dan hal-hal penting lainnya. Yang jelas penulis tesis mencoba mengajak para pembaca bahwa judul tesis yang dia angkat sangatlah penting dan sangat relevan dengan kondisi jaman.

Bab ll
Pada bab kedua penulis menguraikan pengertian tafsir tematik berdasarkan para ulama baik sunni maupun shi’ah. Tidak ketinggalan para ulama pendukung baik dari ulama shi’ah maupun sunni. Bukan sekedar hal itu saja penulis juga menguraikan hal yang mendasar, baik dari sisi perbedaan maupun titik persamaan. Penulis juga menjelaskan latar belakang tafsir tematik. Baik dari kalangan ulama shi’ah maupun sunni. Penulis tesis menguraikan satu persatu secara sistimatis. Baik tafsir tematik menurut sh{I’ah, maupun sunni.
Menurutnya; dikalangan ulama shi’ah tafsir tematik disebut tafsir tauhidi (penyatuan). Yakni penyatuan antara ayat Allah yang tercipta dan ayat Allah yang terucap (al-Qur’a^n). masalahnya, bisa masalah apa saja akhlak, social, ekonomi dan masalah lainnya. Karenya wajar jika Tafsir tematik berangkat dari pengalaman hidup manusia. Terkesan mufasir berdialog dengan ayat al-Qur’a^n. maka tidak berlebihan jika Pengalaman terkesan bayangan dari ayat yang tersirat. Ini merupakan penjelasan penulis tesis.
Sccara subtansi tafsir tematik dikalangan shi’ah dan suni tidak ada bedanya. Dua-duanya berangkat karena tuntutan kondisi social. Di mana masyarakat ingin lebih jauh tentang pembahasan hal tertentu, dan ulama tafsir mencoba menjawab, dengan mencari ayat-ayat yang relevan dengan masalah yang ada, setelah dapat dikumpulkan kemudian dianalisa dan dicari titik persamaan dengan masalah yang dihadapi. Tafsir tematik ini terkesan dapat menjawab persoalan yang sedang berlangsung, namun terkesan juga seakan ayat al-Quran bersifat farsial. Baik dari ulama sunni maupun shi’ah, ketika masuk pada ranah tafsir tematik, mereka akan menjelaskan secara mendalam hal yang sesuai dengan bidangnya.
Dikalangan sunni, “ungkap penulis” Secara praktis tafsir tematik sudah ada sejak al-Qur’a^n lahir. Namun menemukan bentuknya setelah munculnya ide-ide mufasir. Para ulama sunni seama seperti shi’ah berusaha menjawab persoalan yang sedang berlangsung, kemudian mencari ayat yang relevan. Inilah kemunculan tafsir tematik. Dari uraian penulis teisis pada bagian ini tertangkap, sekan penulis ingin menggambarkan; betapa bayak tafsir tematik baik dikalangan shi’iah maupun sunni. Intinya setiap pembahasan yang merujuk pada al-Qur’a^n itu adalah tafsit tmatik.


Bab lll
Pada bab ini penulis tesis berusaha menjelaskan dua sub pembahasan. Pertama membahas biografi Makarem al-Shira^zi^, yang meliputi pengalaman pendidikan, kondisi sosial politik yang dihadapi, karir dibidang akademik, serta karya-karyanya. Yang kedua membahas profil, kitab Nafah{at al-Qur’a^n Uslub Jadid fi al-Tafsir almaudu^’I li al-Qur’an^ al-karim, yang meliputi penyusunan, metode dan sistimatika kitab. Hal ini tentu dapat mendukung penulis tesis dan umumnya para pembaca akan dengan mudah melihat pemikiran penulis tafsir tematik shi’ah.
Dalam teisis bagian ini, yaitu bab lll penulis mendeskrifsikan sosok ulama shi’ah yang bernama Makarem al-Shira^zi, adalah ulama yang sangat phenomenal. Di tengah-tengah situasi dan kondisi tidak mendukung sangngup tampil menggoreskan tinta emas. Dapat dibayangkan, betapa hebatnya tekanan dari pemerintah, ditanbah kondisi social yang tidak menentu, dan keadaan ekonomi yang kucar kacir, sanggup memberikan pencerahan kepada umat. Perjalan seorang Makaraem itu sangatlah perlu dicontoh. Ternyata ditengah hidup yang serba tidak jelas, tidak ada angin segar yang mendukung perjuangan ternyata dia dapat tampil kepermukaan.
Di masa hidup Makarem al-Shira^zi sedang tumbuh subur pemikiran matrealis. Laksana candu yang susah dihilangkan. Ekspansi pemikiran matrelialis berhasil di negri Islam. Hal ini juga yang membuat risau beliau. Menurut Maka^raem al-Sirazi hal ini akan menghancurkan genersi islam. Bertolak dari itu maka beliau berusaha keras untuk membunuhnya dengan cara mengimbangi paham materialis itu. Berbagai cara dilakukan, dari mulai diskusi, seminar dengan tokoh-tpkoh setempat, para dosen dan aktipis yang pada akhirnya melahirkan sebuah karya yang sangat berlian, yaitu menulis sebuah buku yang berjudul al-Mutafalsiful (buku-buku tentang para filosuf) yang hingga kini telah dicetak sebayak 30 kali.
Kemunculun buku tersebut diharapkan oleh Maka^raem al-Sirazi selain menjadi buku yang banyak diterima segala kalangan muda dan orang-orang terpelajar dikemudian hari tapi juga dapat merubah pola pikir mereka, bahkan banyak menarik para pemikir matrelialis dan Marxisme untuk berubah kepada filsafat Islam dan ilmu kalam juga kajian filsafat-filsafat lainnya. Kondisi demikian kini berlangsung lebih 16 tahun, yaitu ketika Rusia menjajah Negara Afganistan. Selain itu juga Maka^raem al-Sirazi membnetuk majelis-majlis ilmu dan dalam bidang akidah dan Madzhab. Api yang membakar hatinya ternyata tidak dapat dipadamkan dengan berbagai onak dan duri. Seakan sekali api menyala selamanya tetap akan nyala dan tidak ada yang sanggup ada yang memadamkannya.
Ternyata api tidak padam justru dapat menghasilkan karya yang pundamental. Yaitu sebuah tafsir tematik. Hal tetu sangat diharapkan dapat menjawab persoalan yang sedang menggrogoti jiwa generasi muslim. Komentar Makarem al-Shira^zi Dalam penulisan tematik dapat dilakukan dengan dua cara; pertama dengan menentukan tema lantas mencari ayat al-Qur’a^n yang mndukung pada tema tersebut. Yang kedua dngan cara mengumpulkan ayat-ayat yang saling berhubungan kemudian menentukan tema. Dua cara ini juga yang digunakan oleh Maka^raem al-Sirazi dalam tafsirnya yang berjudul nafahat al-Qur’an.
Pada bagian ini juga penulis menguraikan profil tentang kitab nafahat al-Qur’an. Dari mulai penyusunan kitab, metode dan sistematika kitab yang dijelaskan dari mulai juz satu sampai juz sepuluh. Jika diperhatikan dari tema-tema dan sub-sub tema di atas yang terdapat dalam juz satu sapai juz sepuluh akan terlihat bahwa tafsir tematik Shi’ah yang ditulis oleh Makarem al-Shi^ra^zi tidak saja mencakup persoalan tauhid dan kalam, atau kesejarahan klasik tapi juga hal-hal yang modern tercakup di dalamnya, seperti ilmu pengetahuan dan uraian filsafat, pemerintahan dan perundang-undangan, angkatan perang persenjataan dan sebagainya.
Ini pula klaim Makaraemm, bahwa tafsir tematik yang dia sajikan sedikit berbeda dengan tafsir-tafsir teamtik lainnya.
Bab lV
Pada bab ini penulis menguraikan, bahwa tafsir tematik yang disajikan Makaraem al-Shi’raji mengukuti prinsip-prinsip Shi’ah, dan sanggup menjawab persoalan yang berlangsung di sekitar masyarkatnya. Pada bagian ini ada beberapa poin yang ditulis, sampai memerlukan sebayak 76 halaman.
Pada bab ini dapat ditangkap dari penulisan tesis ini yaitu; terdiri dari dua tema besar, di antaranya: pertama menguraikan makrifatullah yang didalamnya membahas; akan sebagai sumber makrifat, motivasi akal, kecendrungan ruh, dan fitrah sebagai motivasi mengenal Tuhan (motivasi akal, motivasi kecendrungan, dan motivasi fitrah). Tema besar kedua; Tema Tauhid (Tuhan maha suci dan Dzat yang tidak berjisim, hidayah dalam kehidupan manusia). Wujud Tuhan, yang menurutnya, merupakan akhir dari makrifat.
Dari sekian tentang uraian penjelasan Tuhan sekiranya dapat ditangkap maksudnya yaitu Tuhan itu hanya dapat dilihat dengan mata hati (indra ke enam). Pendapat ini tentu sama dengan pemahaman pada umumnya ulama sunni. Dari penjelasan tentang Tuhan terkesan, bahwa antara sunni dan shi’ah tidak ada bedanya.
Di sisi lain penulis ingin menggambarkan kepada pembaca, bahwa Makaraem ini dalam pembahasan Tuhan banyak pendukungnya baik dari ulama sunni lebih-lebih ulama Shi’ah. Banyak ayat al-Qur’a^n yang dikutip demi diterima argumentasinya.


Bab V
Bab ke empat ini sudah masuk pada pembahsan isi tafsir tematik Makaraem, penulis berusaha menangkap sesingkat-singkatnya pada bab ini, soalnya betu banyak dan mendetail pembahsan pada bab ini. Tema-tema yang dapat ditangkap pada bagian ini di antaranya: Tema-tema al-Wilayat dan Eskatologi (al-Ma’ad) dalam mafahat al-Qur’an. Semuanya diuraikan secara sistimatis. Namun sekalipun menguraikan begitu banyak, dapat ditarik inti dari pembicaraanya; yaitu hanya, menguraikan tentang kepemimpinan yang mencakup dua ushul Shi’ah. Yaitu ke-Nabian dan Imammah. Menurutnya “Shi’ah menyakini bahwa nabi dan pemimpin dimaksum, yang dua-duanya berkewajiban untuk mengajak umatnya berjalan di jalan Allah. Hal ini merupakan sampel dari corak tafsir Shi’ah. Sehingga dapat secara mudah dibedakan mana tafsir shi’ah dengan tafsir yang beraliran lain.

A. Tema al-wilayat
Pada poin ini penulis menjelaskan kesamaan peran Nabi dan Imammah secara mendalam menurut Makarem. Bahkan penulis dalam menjelasakan kesamaan peran Nabi dan Imammah memakai dalil-dalil yang dipakai ulama Shi’ah, dan ulama sunni, yang semunya merujuk pada al-Qur’a^n al-Kari^m.


B. Al-wilayat al-khashah
Bayak sekali menjelaskan tentang Al-wilayat al-khashah, berdasarkan al-Qur’a^n dan al-Hadits. Namun dari sekian penjelasan semuanya merujuk kepada Ali bin Abi Thalib. Bahkan penulis bukan hanya sekedar mengutif pmbahasan dari ulama shi’ah saja, melain basahan dari ulama sunni pun dimasukan. Kesan yang Nampak, seakan bahwa; pendapat mngenai ali sebagai Al-wilayat al-khashah dibenarkan oleh semua golongan. Bahkan menurtnya berdasarkan hadits mutawatir, yang tidak perlu diragukan lagi.
Para imam adalah orang yang maksum, dan tidak ada yang maksum kecuali keluarga Nabi ungkapnya. Jadi jelas imam di sini merupakan, pemahaman yang menggiring pada satu pemahaman bahwa Ali merupakan satu-satunya yang tepat sebagai penafsiran imam.

C. Tema Eskatologi (al-Ma’ad)
Makaraem al-Shi^ra^zi dalam tafsir maudhu^’i^nya Nafah{at al-Qur’a^n, menyebutkan bahwa tidak kurang dari 1200 ayat di dalam al-Qur’a^n sepertiganya menjelaskan tentang akhirat dalam berbagai ragam. Penjelasan al-Ma’ad dianggap perlu untuk dibahas dalam tafsir ini, karena al-Ma’ad merupakan sumber kesusksesam manusia di dunia dan akhirat. Makaraem al-Shi^ra^zi menguraikan tentang pembahasan ma’ad dngan mengumpulkan 10 ayat al-Qur’a^n yang berkaitan dengan tema tersebut. Ayat-ayat yang jumlahnya 10 itu memiliki kesamaan tema dalam konteks yang berbeda. Inilah yang melahirkan pendefinisian Eskatologi.



D. Tajsid
Menurut Makaraem tidak banyak mufa^sir dapat menuraikan keadaan akhirat. Kebiasaan mereka hanya menceritakan manusia diakhirat ada yang mendapatkan pahala dan ada yang mendapatkan siksa.
Inilah yang ditanyakan oleh makaraem. Menurutnya apa eksistensi dengan perbuatan manusia itu?. Menurutnya adalah rangkaian gerak grik yang hilang setelah perbuatan itu berlangsung.
Makaraem juga mnanyakan, bagaimana perbuatan itu dapat diperlihatkan kpada pelakunya di hari akhirat sedang perbuatan itu telah berlalu di dunia. Makaraem dalam hal ini bukan tidak imam terhadap hari pembalasan melainkan tidak menerima jika amal di akhirat hasil di dunia ini mnjelma, sebagaimana mufasir yang lainnya menjelaskan. Terlihat sangat menonjol Makaraem dalam hal ini, dan ini pula yang membedakan Makaraem dengan Mufasir lainnya.


E. Kemustahilan melihat tuhan

Dalam penafsiran Tuhan dapat dilihat, Makaraem berkomentar; Tuhan itu mustahil kloningan dan suatu jisim berdasarkan dalil-dalil pengenalan Allah. Sangkalan Makaraem tentang Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala menggunakan yang dapat dijadikan sebagai pnyangkal. Seperti menafsirkan ayat latudrikuhul absor, artinya manusia tidak dapat melihat dengan mata kepala melainkan dengan mata hati. Tentu pendapat ini bertentangan dengan mufasir lain, yang menyatakan; bahwa Allah dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat nanti. Begitulah pendapat Makaraem tentang ayat yang menjelaskan melihat Tuhan.



F. Penutup

Tenyata tafsir Makaraem yang diklaim metode temtatik yang uptodate, ternyata hanya subjektif belaka. Sebenarnya metode yang ditulis Makaraem sudah ada semenjak zaman Rasulallah SAW. Jiak diperhatikan tafsir yang ditulis oleh Makaraem ternyata tidak menggunakan satu corak melainkan beberapa corak. Termasuk didalammnya filsafat, bahasa, kalam, kauny dan social kemasyarakatan.
Jika diperhatikan dari metode tafsir, maka penafsiran Makaraem termasuk metode tematik riwayat, artinya berdasar kepada riwayat hadits sunni dan Shi’ah. Mungkin ini yang dimaksud tematik baru. Seperti yang diistilahkan pada judul bukunya, uslub jaded.

Implikasi penelitian
Bayak hal yang menjadi pelajaran dari penafsiran Maka^raem al-Shi^ra^zi^ dalam kitabnya Nafah{a^t al-Qur’a^n Uslub Jadid fi al-Tafsir al-Maudhu’i^ l al-Qur’a^n al-Karim. Penafsiran ayat-ayat al-Qur’a^n dan dikorlasikan dengan ayat-ayat lainnyamrupakan penafsiran terbaik menurut sunni dan shi’ah. Dengan demikian pnafsiran ayat-ayat al-Qur’a^n dikemas dalam satu tema tertentu dapat membri solusi permasalahan secara mendalam. Tidak saja permasalahan agama yang berkaitan dengan ibadah dan akhlak, akan tetapi diluar dari itu sperti masalah social, masharakat, ekonomi, filsafat, kosmos dan ilmu pengetahuan dapat terurai secara terperinci melalui kacamata tafsir tematik. Dan ilmu munas}abah al-a^ya^t. dapat digunakan membedah al-Qur’a^n sesuai dengan keinginan mufa^sir, untuk itu agar tidak terjadi pengenggiringan ayat kepada nafsu mufa^sir penafsiran itu harus merujuk kepada disiplin ilmu tafsir lain seperti sebab turunnya ayat, ilmu bahasa, ilmu nas{ikh mansukhayat.
DAFTAR PUSTAKA
Jika diperhatikan dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan refrensi sebanyak 80 sumber bacaan. Tiga belas internet, dan 73 dari berbagai buka dan jurnal.