Minggu, 19 September 2010

MENCARI TUHAN

Kadang aneh melihat manusia, dalam rangka mencari Tuhan suka kebingungan. Padahal jika mau bertemu dengan Tuhan kenalilah diri sendiri, sebab di situ ada Tuhan. Dengan cara memperhatikan tubuh secara mendalam manusia akan berjumpa dengan Tuhan-nya.

Tuhan lebih dekat dari pada urat nadi kita. Sayang sungguh sanyang manusia banyak yang tidak sadar diri, untuk itu lewat karya ini saya mengajak menemukan Tuhan. Besar harapan dapat mengantar pada pemahaman yang melahirkan satu keyakinan terhadap Tuhan.

Tentu cara yang penulis sampaikan metode klasik tetapi tetap relevan. Cara yang saya sampaikan akan mudah difahami baik dikalangan itelektual maupun orang biasa. Hal lain yang dihidangkan kepada para pembaca merupakan sesuatu yang sangat urgen, sebab ini menyagkut keyakinan, dan keyaknan akan melahirkan pola berpikir yang berujung pada tindakan. Al-Imam al-Ghazali mengatakan; bahwa, ”tindakan baik seseorang merupakan sinar pantul dari hati yang membekas di badan, dan perbuatan buruk seseorang merupakan pantulan gelap dari hati yang membekas di badan. Karenya betapa pentingnya sebuah kenyakinan. Seseorang akan hyampa dalam hidupnya jika berjalan tanpa keyakinan.

Hidup tanpa keyakinan, jalan tampa tujuan tentu akan melahirkan kebimbangan dan kehampaan. Wajar jika 13 tahun lamanya di kota Mekah Nabi Muhammad menanamkan keyanan kepada Tuhan.

jika ada sesuatu yang sangat mahal itulah keyakinan.

Jika ada sesuatu yang sangat berharga itulah keyakinan.

Manusia berjuang berani mati, karena sebuah keyakinan. Manusia berani berkorban karena keyakinan, dan keyakinan kepada Tuhan-lah sebuah keyakinan yang sangat berarti. Mari kita mengenal tuhan dengan jalan mengenal diri sendiri. Inilah metode yang sangat baik, dan cocok di segala lapisan dan tingkatan masyarakat.

Mengenal Diri

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ مَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَقَدْ عَرَفَ نَفْسَهُ

Siapa yang tahu dirinya pasti tahu Tuhan-nya, siapa yang tahu Tuhan-nya tahu dirinya.

Secara harfiyah, kalimat di atas kelihatan-nya biasa-biasa saja, padahal jika dikaji lebih jauh, punya makna yang sangat dalam. Coba perhatikan! Jika seseorang tahu potensi diri (bakat) yang telah Allah karunikan kepadanya sejak usia empat bulan di dalam rahim ibu, dan manusia mengembangkannya, sudah dapat dipastkan akan menghantarkan manusia pada kesuksesan. Di sini manusia akan bersyukur tentunya.

Syukur tentunya benduk kesadaran diri dari hati yang sangat dalam, ’bahwa’ ”ia telah dikarunikan potensi ini dari Tuhan-nya”. Jika sudah seperti ini manusia menyadari adanya Tuhan, dan menyadari bahwa Tuhan maha rahman dan rahim”. Hal ini muncul di dalam hati karena telah tahu karunia yang telah dia terima. Demikian Tahu diri tahu Tuhan, dan tahu Tuhan tahu juga pada posisi dirinya di hadapan Tuhan. Bukankah? Manusia belajar dari mulai Sekolah Dasar (SD) samapi Perguruan Tinggi dalam rangka mengenal dirinya? Ya tentu.

Setalah diperhatikan sekelumit ajaran islam di atas membrikan satu stresing kepada kita ”ingin sukses kenalilah diri sendiri”. Di kalangan ulama Sufi kalimat di atas sangat populer, dan sekaligus dijadikan sebuah metode untuk mengenal Tuhan. Allah swt di dalam al-Quran berpesan وفى انفسكم افلاتبصرون (dan yang ada di dalam dirimu apakah kamu tidak memperhatikan) Dalam ajaran tashauf ada istilah fana (tidak ada) Baqa (kekal). Diri kita Fana dan Allah Baqa, manusia fana Allah Baqa. Orang yang tahu dirinya tahu bahwa dirinya tidak berkemampuan apa-apa, bakat yang tersimpan dalam dirinya pun hanya pemberian Allah semata.

Pada dunia filosuf, seperti Demokrtos (460-370 SM), seorang aliran materelisme, mengatakan, bahwa ”hakikat yang ada adalah atom dan kehampaan”. Artinya alam dan diri manusia adalah hanya kumpulan dari ataom-atom, yang ada hanyalah Allah swt. Jelas sekali jika manusia kenal dirinya kenal akan Tuhan-nya, dan kenal Tuhan-nya kenal akan dirinya.

Tidak berlebhan jika Syaik Nawawi al-Bantan di dalam Tafsir Marah Labid menjelaskan, bahwa; القلب بيت رب (hati adalah rumahnya Allah). Manusia dapat mrasakan dan menyakini adanya Tuhan bersumber dalam hati. Di sisi lain manusia akan bertindak sesuai dengan pemahaman dan keyakinan hati terhadap Tuhan.

Persoalan

Jika Tuhan lebih dekat dari pada urat nadi, kenapa jika orang berdo melihat ke atas? Oh..itu ajaran syariat, menurutnya. Kiblat doa di atas (bait al-Mamur). Hal lain secara etika dan estetika jika memohon rendahkanlah dirimu dengan mengadahkan kedua tangan.

Mari kita kenali diri, agar tahu Tuhan. Yang pada gilirannya kita menjadi hamba yang pandai bersyukur. Seperti yang sangat diharapkan Rasulallah.

Tip

Jika anda ikan asin baulah ikan asin, pasti anda sukses

Jika anda tongkol baulah ikan tongkol, pasti sukses

Jika anda tahu baulah tahu, pasti sukses.

Jika anda ayam baulah ayam, pasti sukses.

(adalah profesialisme)

Jika manusia tahu diri pasti pandai mensyukuri nikmat yang telah Allah karunikan kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar